Minggu, 26 April 2020

Perilaku Orang yang Cinta Ilmu Pengetahuan

Allah Swt. yang memiliki ilmu. Allah disebut al- Alim artinya Maha Mengetahui (Maha Berilmu). Ilmu Allah Swt. sangat luas tanpa batas. Ada yang diberikan kepada kita sudah tertulis dan ada yang tidak tertulis. Yang tertulis adalah kitabullah dan yang tidak tertulis adalah alam semesta serta isinya yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyyah.

Syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafi‘i adalah, kecerdasan, sungguh-sungguh, sabar, biaya, petunjuk guru, dan waktu yang lama. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib (fardu‘ain) bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Selain belajar tentang alam semesta, kita juga wajib mempelajari ilmu Allah Swt. yang tertulis, yaitu al-Quran.

Al-Qur’an dapat dipelajari dengan cara membiasakan membaca tartil, mempelajari artinya, dan memahami kandungannya. Mari membaca al-Qur’an dengan tartil ayat-ayat berikut ini:
 Ada yang diberikan kepada kita sudah tertulis dan ada yang tidak tertulis Perilaku Orang yang Cinta Ilmu Pengetahuan
A. Membaca Q.S. ar-Rahman/55: 33

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ ﴿ ٣٣

LafalArtiLafalArti
يَا أَيُّهَا الَّذِينَwahai golonganالسَّمَاوَاتِ وَالأرْضِlangit dan bumi
لْجِنِّ وَالإنْسِjin dan manusiaفَانْفُذُواmaka tembuslah
نِ اسْتَطَعْتُمْjika kalian sanggupلَا تَنْفُذُونَkalian tidak akan menembus
نْ تَنْفُذُواuntuk menembusإِلا بِسُلْطَانٍkecuali dengan kekuasaan Allah swt.
مِنْ أَقْطَارِdari segala penjuru--

Terjemahan Ayat :
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah) ” (Q.S. ar-Rahman/55: 33)

Isi kandungan Q.S. ar-Rahman/ 55: 33 menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan
umat manusia . Dengani lmu pengetahuan manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak.

Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.Nabi Muhammad saw. bersabda:

(عَنْ أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه

Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam ” (H.R. Ibn Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِلْعِلْمِ

“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Sikap dan perilaku terpuji yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
  1. Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan.
  2. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya.
  3. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan.
  4. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.

B. Membaca Q.S. al-Mujadalah/58: 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿ ١١

LafalArtiLafalArti
یَا أَیُّھَا الَّذِینَwahai orang-orang yangفَانْشُزُواmaka berdirilah
آمَنُواmereka berimanیَرْفَعِ للهَُّAllah swt. mengangkat
إِذَا قِیلَ لَكُمْapabila dikatakan kepada kalianمِنْكُمْdiantara kalian
تَفَسَّحُواberlapang-lapanglah kalianوَالَّذِینَا الْعِلْمَorang-orang berilmu
فِي الْمَجَالِسِdi dalam majelisدَرَجَاتٍbeberapa derajat
فَافْسَحُواmaka berlapang-lapanglahبِمَا تَعْمَلُونَdengan apa yang kamu kerjakan
انْشُزُواberdirilah kalianخَبِیرٌAllah swt Mahateliti

Terjemahan ayat:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah/58: 11)

Kalau Q.S. ar-Rahman/55:33 menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan, maka ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu.

Ayat ini juga menjelaskan tentang berlapang-lapanglah kalian ketika berada di dalam majelis (tempat mencari ilmu). Yakni apabila kita berada di tempat menuntut ilmu, baik itu di kelas, masjid, maj lis taklim dan lain sebagainya, kita harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk sama-sama mendapatkan tempat duduk yang layak.

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Mujadalah/58: 11 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
  1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
  2. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
  3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
  4. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt.

Orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.