Minggu, 26 April 2020

Sejarah Singkat Lahirnya PGRI dan Arti Lambang PGRI

Sejarah Singkat Lahirnya PGRI dan Arti Lambang PGRI | PGRI adalah organisasi yang menaungi seluruh guru di Indonesia dengan catatan sejarah sangat panjang. Baik guru PNS ataupun honorer, guru di sekolah negeri ataupun swasta semuanya adalah anggota PGRI. Seluruh guru di Indonesia pastinya sudah mengetahui tentang hal ini. Namun tahukah anda bagaimana sejarah berdirinya PGRI? Sebagai guru, meskipun tidak wajib tapi layaknya kita tahu tentang sejarah berdirinya PGRI, sehingga dalam menjalankan profesi sebagai guru akan lebih menjiwai.

PGRI sebagai organisasi keprofesian lahir karena adanya semangat kebangsaan dari para guru dimasa lalu. Kita tahu bahwa semua organisasi lokal sebelum kemerdekaan lahir atas dasar semangat kebangsaan. Pun demikian dengan PGRI. Cikal bakal lahirnya PGRI adalah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang berdiri tahun 1912. Oragnisasi ini menaungi seluruh guru pribumi dikala itu.

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

PGHB membawa misi memperjuangkan nasib para guru dengan berbagai perbedaan pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan. Selain PGHB juga ada organisasi keguruan lainnya yaitu Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachttsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang ebrcorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneiging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneiging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.

Organisai-oraganisasi guru pribumi yang didirikan atas dasar semangat kebangsaan, kebersamaan dan kemandirian mendorong guru-guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Dari semangat kebangsaan yang terus didengungkan tersebut maka sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Diantaranya adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.

Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak sampai pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “Merdeka”.

Wujud dari semangat mencapai kemerdekaan, maka pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Jelas, perubahan ini sangat mengejutkan pemerintah Belanda kala itu, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Persatuan Guru Indonesia (PGI) sempat mengalami kevakuman karena pada jaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Fase berikutnya adalah fase kebangkitan kembali semangat perjuangan para guru. Proklamasi 17 Agustus 1945 membakar semangat para guru untuk memperjuangkan hak-haknya. Maka pada tanggal 24-25 November 1945 diselenggarakan Konggres Guru Indonesia di Surakarta. Melalui konggres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan.

Mereka adalah –guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam konggres inilah, pada tanggal 25 November 1945—seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia—Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
1. Mempertahankan dan meyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi  tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.

Sejak konggres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu didalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam memeprtahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan nonpartisan.

Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indoensia dengan keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.

Nah itulah sejarah singkat lahirnya PGRI yang didasari dengan semangat kebangsaan dan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Guru, saat ini menjadi garda terdepan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Semangat perjuangannya para guru tidak pernah padam untuk terus meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia.


ARTI LAMBANG PGRI

Selain tahu sejarang lahirnya PGRI, guru juga sangat dianjurkan untuk tahu arti dari lambang PGRI. Tentau saja tujuannya bukan hanya tahu secara teori, tapi lambang PGRI yang penuh dengan makna filosofi tersebut bisa dijalankan oleh setiap guru di seluruh Indonesia.
Sejarah Singkat Lahirnya PGRI dan Arti Lambang PGRI Sejarah Singkat Lahirnya PGRI dan Arti Lambang PGRI

Bentuk
Cakra / lingkaran, melambangkan : cita-cita luhur dan daya upaya menunaikan pengabdian yang terus-menerus.

Lukisan, Corak dan Warna
  1. Bidang bagian pinggir lingkaran berwarna merah, melambangkan : pengabdian yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi kepentingan rakyat.
  2. Warna putih dengan tulisan “Persatuan Guru Republik  Indonesia (PGRI)”, melambangkan: pengabdian yang dilandasi kesucian dan cinta kasih.
  3. Paduan warna pinggir merah putih,melambangkan : pengabdian terhadap Negara, Bangsa dan Tanah Air Indonesia.
  4. Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning dengan nyala 5 sinar api warna merah, melambangkan :
    • Suluh dengan garis 4 garis tegak dan datar kuning berarti fungsi guru (Prasekolah, SD, SL, dan Perguruan Tinggi) dengan hakikat tugas pengabdian sebagai pendidik yang besar dan luhur.
    •  Nyala api dengan warna merah :
    Arti ideologis         : Pancasila
    Arti Teknis            : sasaran budi, cipta, rasa, karsa, dan  karya generasi
  5. Empat buku mengapit suluh dengan posisi 2 datar dan 2 tegak (simetris) dengan warna corak putih, melambangkan : sumber ilmu yang menyangkut nilai-nilai moral, pengetahuan, ketrampilan, dan akhlak bagi tingkatan lembaga-lembaga pendidikan, prasekolah, dasar, menengah, dan tinggi.
  6. Warna dasar tengah hijau, melambangkan: kemakmuran generasi.

Arti Keseluruhan Lambang PGRI

Guru Indonesia dengan Iktikad dan kesadaran pengabdian yang suci dengan segala keberanian keluhuran jiwa dan cinta kasih senantiasa menunaikan darma baktinya terhadap Negara, Tanah Air, dan Bangsa Indonesia dalam mendidik budi, cipta, rasa, karsa, dan karya generasi bangsa menjadi Manusia Pancasila yang memiliki moral, pengetahuan, ketrampilan dan akhlak yang tinggi.