Rabu, 29 April 2020

Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Pembentukan RIS

Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Pembentukan RIS
Selamat datang di yang selalu berusaha menyampaikan berbagai informasi, utamanya tentang sejarah. Pada kesempatan ini akan mengulas tentang “KMB dan Pembentukan RIS”. Tanpa berlama-lama langsung saja simak ulasan di bawah ini.
 Selamat datang di  yang selalu berusaha menyampaikan berbagai informasi Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Pembentukan RIS
Konferensi Meja Bundar dan Pembentukan RIS
Di mulai dari tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949, KMB diselenggarakan di Den Haag. Konferensi ini mempertemukan delegasi RI pimpinan Bung Hatta, delegasi BFO pimpinan Sultan Hamid Alqadri, dan delegasi Kerajaan Belanda pimpinan Menteri Daerah Seberang, van Maarseveen, serta delegasi yang mewakili PBB.

Di saat KMB berlangsung, Bung Hatta mendominasi pembicaraan pihak Indonesia dan semua peserta KMB mengaguminya. Hasil dari KMB utamanya adalah Transfer kedaulatan dari Belanda kepada RIS dengan pengecualian Papua.

Tanggal 6 Desember 1949 pemerintahan RI mengajukan hasil KMB kepada KNIP/Komite Nasional Indonesia Pusat, untuk diratifikasi. Dalam perhitungan suara dalam ratifikasi itu telah menghasilkan 226 suara setuju, 62 menolak, dan 31 abstain.

Berdasarkan ratifikasi itu tepat pada tanggal 15 Desember, dilakukan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Soekarno, yang secara aklamasi terpilih. Kemudian 2 hari setelah itu tanggal 17 Desember Bung Karno dilantik sebagai Presiden RIS. Selanjutnya ia menunjuk Bung Hatta selaku formatur kabinet. Di tanggal 20 Desember 1949 Kabinet RIS terbentuk di bawah pimpinan Bung Hatta selaku Perdana Menteri.
 Selamat datang di  yang selalu berusaha menyampaikan berbagai informasi Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Pembentukan RIS
Foto: Kabinet Republik Indonesia Serikat
Pada tanggal 23 Desember 1949 sebuah delegasi Pemerintahan RIS menuju ke Negeri Belanda untuk menandatangani pengakuan kedaulatan Indonesia. Dan yang ikut membubuhkan tanda tangan dalam naskah pengakuan Kedaulatan yakni, Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Drees, Menteri Urusan Daerah Seberang Mr. Sassen, Bung Hatta juga ikut menandatangani sebagai ketua delegasi RIS.
Bertepatan dengan hal itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda di Indonesia, Lovink, melakukan hal serupa dalam suatu upacara di Istana Negara, Jakarta. Bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan mengibarkan Bendera Merah Putih. Hal tersebut merupakan peristiwa yang menandai berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di hampir seluruh Indonesia untuk selamanya.

Namun setelah itu masih ada hal yang sepenuhnya rampung, yakni pengakuan kedaulatan Indonesi oleh Belanda itu tidak mencakup Papua. Dalam perundingan yang sulit di KMB, Indonesia terpaksa memberikan konsesi kepada Belanda; Kedaulatan atas Papua tetap dipertahankan Belanda sampai ada perundingan lebih jauh tentangnya. Sementari itu setumpuk hutang Belanda di Indonesia sebesar 4,3 Miliar Gulden yang merupakan biaya yang dipakai Belanda akan dibebankan kepada RIS. Selain itu juga ada beberapa jaminan terhadap investasi Belanda di Indonesia juga dimasukkan sebagai beban RIS.

Sumber Referensi;
Hlm.461-462, M. Adnan Amal, 2010, Kepulauan Rempah-rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950 [edisi kedua], Jakarta: KPG.

Demikian ulasan mengenai “ KMB dan Pembentukan RIS” yang pada kesempatan ini dapat disampaikan, dan kurang/lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk share ulasan di atas ke teman-teman anda! Terima kasih! Sampai Jumpa!